Pages

Subscribe:

Pages

Jumat, 30 Juli 2010

Sangkar Burung






Bruno, kebuah kecamatan di pojok barat laut Kabupaten Purworejo, selama ini memang dikenal sebagai daerah tertinggal dengan indeks kemajuan pembangunan yang rendah. Sebagian masyarakatnya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Namun di balik itu semua, ternyata Bruno menyimpan banyak sekali potensi ekonomi yang belum tergarap secara optimal. Potensi ekonomi dalam bentuk unit-unit usaha kecil dan menengah (UKM) itu misalnya usaha lanting kuning, gula aren, tahu tempe, jahe, kerajinan tikar, anyaman bambu, dan sangkar burung.



Kerajinan sangkar burung di Dusun Kedungwungu, Desa Kaliwungu merupakan salah satu unit usaha yang paling berkembang. Usaha milik Pak Salman ini merupakan satu-satunya usaha kerajinan sangkar burung di Kecamatan Bruno. Usaha yang telah dijalankan puluhan tahun ini menghasilkan sangkar burung dengan berbagai variasi ukuran dan bentuk. Area pemasarannya pun telah menjangkau Kutoarjo, Purworejo kota, bahkan sampai ke Wonosobo.



Pak Salman yang memiliki empat orang pegawai ini menjual sangkar burung buatannya dengan kisaran harga enam ribu hingga lima puluh ribu rupiah bergantung besar kecilnya ukuran dan tingkat kesulitan pembuatan.. Jumlah sangkar burung yang terjual tiap harinya masih sangat fluktuatif tergantung banyaknya jumlah pesanan. Hal ini membuat omset penjualan yang bisa dicapai oleh Pak Salman pun naik turun tiap bulannya.



Kendala utama yang dihadapi Pak Salman dalam memajukan usahanya adalah ketiadaan modal usaha. Terbatasnya modal membuat Pak Salman tidak mampu menaikkan jumlah produksi sangkar burungnya dan melakukan ekspansi pasar. Adanya kredit bunga lunak dari bank atau investor pastinya akan mampu memajukan usaha sangkar burung ini.



0 komentar:

Posting Komentar