|
BANYUMAS - Musim penghujan, perajin sangkar burung di Desa Banjarsari, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas mengaluh. Pada musim ini, pembeli yang sangkar burung menjadi sepi, selain itu, banyak sangkar yang membusuk atau terkena jamur akibat udara lembab dan hujan yang terus-menerus.
Salah satu perajin sangkar burung asal Desa Banjarsari, Joko Purwanto mengaku, biasanya seminggu bisa mengangkut 900 sangkar ke berbagai daerah seperti Tegal, Pekalongan, Pemalang, Cianjur, Cirebon. Namun kini, dalam kondisi seperti ini, terangkut 300 sangkar saja lakunya tidak begitu lancar.
"Para palanggan rata-rata enggan beli sangkar yang baru di musim penghujan ini. Bagi kami sangat menyulitkan cara meyakinkan mereka supaya beli, soalnya mereka beli pasti melihat barangnya dulu, bagus atau tidak. Nah, barang yang kami bawa menggunakan mobil pick up terkadang basah terkena hujan, lama-lama menjamur, mereka pasti tidak mau beli. Lain hanya kalau musim kemarau, cepat laku," ujarnya.
Agar tidak terlalu merugi, jumlah sangkar yang ia bikin sedikit dikurangi. Dari biasanya satu minggu 900 sangkar, sekarang hanya 300 sangkar yang dikirim seminggu sekali. "Ya, daripada rugi banyak, lebih baik bikin sedikit saja," jelas Joko.
Harga sangkar burung bikinan Joko ini, yang ukuran kecil Rp 15 ribu, ukuran sedang Rp 20 ribu dan ukuran besar Rp 25 ribu. Keuntungan yang diperoleh, per-sangkar Rp 1000. Dirinya belum menemukan cara yang aman agar sangkar burung bisa bertahan dari serangan jamur bambu atau membusuk saat musim penghujan.
Pengrajin lainnya, Wardi (50) menambahkan, turunnya omset penjualan di musim penghujan sebenarnya sudah hal yang wajar. "Seperti pedagang pada umumnya, terkadang sepi terkadang ramai pembeli. Nah, kami juga, ramainya penjualan sangkar burung di musim kemarau, begitu musim hujan, penjualan turun drastis," terangnya. (Ero)
0 komentar:
Posting Komentar